Senin, 27 Mei 2013

Surat Untukmu #3

Pagi ini begitu dingin, mungkin karena memang sedang mendung, aku masih seperti biasa duduk di hadapan monitor dengan posisi belum tidur. Tiba-tiba ingin menulis sesuatu tentangmu lagi, mungkin karena aku sehabis menonton film drama cengeng.

Apa kabar kamu? Aku berharap kamu baik-baik saja tanpa masalah, pekerjaanmu lancar, kehidupanmu menyenangkan walaupun kadang ada gangguan kecil yang mungkin saja menyebalkan, seperti pesan dariku misalnya, tapi aku berharap kamu selalu senang.

Aku sudah lama tak menulis lagi, aku pikir aku bisa berhenti untuk menuliskan apa yang aku pikirkan tentang kamu, aku berusaha menahan tapi sepertinya aku masih terlalu lemah. Yah maafkan, aku bukan laki-laki yang sekuat itu.

Ini aneh menurutku, mungkin kamu sudah tak perduli dengan apa yang terjadi kepadaku, tapi sepertinya tidak dengan aku. Terkadang aku berpikir, kalau-kalau terjadi sesuatu denganmu tapi aku tak bisa berbuat apapun sepertinya aku akan sangat menyesal. Aku ingin kamu baik-baik saja, aku ingin melindungi kamu, tapi aku tak punya alasan untuk melakukannya secara langsung.

Ya memang aneh, aku sering memikirkan banyak hal yang hanya ada dalam bayanganku saja, yang belum tentu terjadi tapi aku sudah mengkhawatirkannya.

Beberapa waktu lalu aku menemani seorang teman lama yang kamu kenal tentunya, ke sebuah tempat praktek seorang paranormal. Singkatnya, dia mencoba menerawang tanpa aku minta dan kata dia aku harus menyerah, sudah tidak mungkin lagi. Aku hanya bisa cengar-cengir saja, aku lebih percaya pada apa yang aku rasakan.

Mungkin aku lemah, tapi aku tidak mau menyerah. Aku tidak mau menyerah dan mengulangi kesalahanku beberapa tahun lalu yang membuat aku seperti ini sampai sekarang.

Ah kalau boleh jujur, aku sebenarnya merasa kamu memang sudah tidak perduli lagi kepadaku. Kamu membalas pesanku juga hanya karena formalitas atau karena rasa tak enakan. Tapi ya tak masalah, di sini aku hanya ingin bercerita kepadamu, tentang apa yang aku rasakan karena aku tak tau mau bercerita kepada siapa lagi.

Aku tentu masih perduli, karena bagaimanapun juga kamu pernah menemani hari-hariku dulu yang kalau tanpamu mungkin akan suram. Setidaknya hanya ini yang bisa aku lakukan dengan posisiku sekarang, yang tentunya tak punya banyak keleluasaan untuk menunjukannya.

Selamat pagi wanita mungil, sang pemberi harapan yang selalu membuatku berpikir bahwa mungkin saja esok hari akan ada sebuah kebahagiaan yang datang kepadaku. Selamat tidur :)