Selasa, 19 Agustus 2014

Siapa bisa melawan rindu?

Kamu tahu bagaimana cara orang melawan rasa rindu? 

Aku tidak.

Kalau kamu tahu, bolehlah sedikit berbagi caranya kepadaku.

Banyak orang bilang, katanya kalau rindu, ya temui saja.
Menurutku, rindu itu adalah candu. Tak bisa disembuhkan. Bertemu pun bukan obat untuk menghilangkan rindu, hanya sekedar meredakan beberapa saat.

Apa rasanya rindu namun tak bisa berjumpa? 

Rasanya sama seperti mules.Yang dipikirkan hanya dua.
Bagaimana cara menahannya dan bagaimana bisa bertemu toilet.

Analogi yang tidak asik ya?

Memang, rindu sebenarnya tidak asik. Kalau tak bisa bertatap muka.

Hey, lalu harus bagaimana?

Aku juga tidak tahu, sudah kukatakan diawal.

Ayolah, ini sudah pukul tiga pagi, aku harus tidur, namun tidak bisa.

Lalu aku harus bagaimana?

Apa benar rindu membuat orang tak bisa tidur?

Kamu sekarang bisa tidur atau tidak?

Tidak.

Itu jawabannya.

Kira-kira, apa dia merindukan aku juga ya?

Dia sudah tidur?

Sepertinya sudah.

Itu jawabannya.

Ah, sial.

Kamu tahu, lagu Payung Teduh yang kau setel ini hanya akan menambah kesulitanmu saja.

Lalu aku harus bagaimana?

Tidur saja.

Kan aku sedang rindu.

Lalu?

Aku tak bisa tidur.

Begini saja, anggap dia merindukanmu juga.

Ide bagus, akan kucoba.

....

....

Sepertinya gagal.

Sepertinya begitu.

Apa pernah ada kasus orang meninggal karena rindu?

Sepertinya belum.

Syukurlah.

Begini, rindu memang tak bisa dilawan, tapi paling tidak, kamu bisa bertahan, seperti berperang saja.

Ya, baiklah, aku akan coba bertahan.

Sudah, tidur saja sana.

Iya.

....



Rabu, 13 Agustus 2014

Pertemuan Pertama

Hari ini pukul 2.06 dinihari, aku kembali menulis ini. Ya, sekedar melepas rindu sambil mengingat-ingat yang kemarin-kemarin.

Aku baru pulang dari Cikarang, tempat yang cukup jauh. Dan ini sudah 24 jam dia kembali tak ada kabar.

Langsung saja aku mulai bercerita ...

.........

Ya, akhirnya aku duduk disebuah kursi kosong. Aku mengiriminya pesan bahwa aku sudah sampai ditempat kita janjian. Ia membalas, dan bilang bahwa sebentar lagi sampai. Dan memang benar, tak lama kemudian ia sampai. Dengan baju jaring-jaring berwarna coklat yang entah apa itu namanya, dan kaos hitam.

"Halo", sapaku.

"Halo", balas dia.

"Kok pake kacamata?" itu adalah kalimat yang secara spontan keluar begitu saja. Karena aku melihat fotonya tak menggunakan kacamata.

"Iya memang" jawabnya singkat.

Akhirnya kami mengobrol sebentar sebelum berangkat untuk nonton.

Kami nonton di Metropole, sebuah bangunan bioskop klasik yang sudah diremajakan.

Rundown standar orang berkencan adalah, setelah nonton, makan, ngobrol, lalu antar pulang.

Ya dan itulah pertemuan pertama kami.

Aku pulang mengendarai motor dengan gembira, hei apa ini jatuh cinta? atau sekedar senang karena sudah lama tak berdekatan dengan perempuan?

Entahlah, yang jelas saat itu aku tersenyum sepanjang malam.



Selasa, 12 Agustus 2014

Pada Awalnya

Aku sedang di kamarku, pukul 1.50 dini hari dan baru saja pulang bekerja. Ditemani lengan kiri yang sakit, aku sedikit gelisah dan rasanya ingin menulis. Maka, aku muncul lagi di sini.

Aku ingin sedikit bercerita tentang pacarku, aku banyak memikirkan tentangnya. Tapi aku pusing, mungkin karena aku terlalu sering berpikiran negatif, jadilah begitu, walau akupun sebenarnya berusaha mengendalikan pikiranku agar tak seperti itu terus.

Baiklah, aku akan sedikit cerita, ya sebagai kenang-kenangan saja untuk dibaca suatu saat nanti entah kapan.